Sebelum saya memiliki cukup pengalaman dan kepercayaan diri untuk terjun ke industri penerjemahan profesional, saya sudah terlibat di banyak penerjemahan sukarela (voluntary translation) guna mengasah kecakapan dan keterampilan menerjemahkan.

Idealnya, karir seorang penerjemah diawali dengan mengambil pendidikan di bidang bahasa kemudian dilanjutkan dengan magang atau langsung berkarir di perusahaan atau agensi. Tentu, banyak juga faktor yang akhirnya membuat seorang penerjemah tidak menempuh jalur ideal tadi.

Saya sendiri bukan lulusan bahasa, melainkan lulusan sekolah desain grafis. Kecintaan terhadap bahasa dan menulislah yang kemudian secara tak langsung mengarahkan saya untuk menggeluti dunia penerjemahan. Pengalaman dan peluang berkarir di bidang penerjemahan juga bermula dari kerjaan-kerjaan yang sifatnya voluntary. Sebut saja CLC, komunitas filmmaker dari kota kelahiran saya, telah memberi saya banyak kesempatan untuk mengaktualisasikan kemampuan menerjemahkan saya melalui proyek-proyek subtitling film-film mereka. (Baca juga: Festival Film Purbalingga).

Selain CLC, saya juga mengasah kemampuan menerjemahkan dengan turut mengerjakan terjemahan artikel di Wikipedia serta membantu pelokalan beberapa aplikasi open source.

Baca juga: Meretas karir penerjemahan melalui Wikipedia

Hmm, mengerjakan terjemahan secara sukarela dan cuma-cuma, memang apa yang saya dapat?

1. Ilmu, pengalaman, dan jaringan

Di atas tagihan listrik dan internet yang “terbuang percuma” dan di atas waktu, tenaga, serta pikiran yang kadang terkuras hingga larut malam, ada banyak ilmu yang saya dapat, yang mungkin harusnya didapat di tempat magang atau di agensi penerjemahan. Bahkan, mengerjakan proyek-proyek voluntary memungkinkan saya untuk mendapat ilmu dan pengalaman yang tidak akan saya dapatkan di bangku sekolah. Gampangnya, saya sekolah di jurusan desan grafis. Bagaimana mungkin saya bisa memiliki pengalaman penerjemahan bidang biologi (misalnya), jika tidak secara aktif berkontribusi menerjemahkan artikel-artikel biologi di Wikipedia?

Proyek-proyek voluntary kadang terlihat “sepele”. Pada kenyataannya, meski “sepele”, pekerjaan voluntary ternyata tidak dipandang remeh oleh agensi asing. Sama seperti nge-blog, pekerjaan voluntary, meski bisa dibilang tidak ada jaminan profesionalisme, tetap saja diakui sebagai sebuah usaha yang butuh perhatian berupa waktu, tenaga, dan pikiran. Tidak sembarang orang mau secara sukarela mengerjakan terjemahan kecuali dia sedang mencari pengalaman (baca: belajar) atau sedang berusaha menunjukkan minatnya. Bayangkan, seandainya ada seseorang yang selama 10 tahun menjadi kontributor terjemahan di Wikipedia tapi tak pernah secara profesional menjadi penerjemah komersial. Saya yakin, kemampuan terjemahannya juga tidak akan diragukan. Terutama karena keluasan wawasannya ataupun spesialisasinya.

Dengan mengerjakan proyek-proyek voluntary, kita juga bisa berteman dengan orang-orang baru yang terlibat di dalam proyek tersebut. Bahkan, satu atau dua orang dari mereka ada yang berkenan memberi masukan pada saya tentang apa yang harus saya tulis di blog, atau malah membantu saya membuat konten untuk blog saya. Lalu, ada juga yang berkenan memberikan testimoni atau bersedia mereferensikan saya ketika ada proyek berbayar 🙂

6 thoughts on “Berkah Penerjemahan Sukarela

  1. Saya juga anggota penerjemah di Wikipedia. Menurut mas, apakah pengalaman menerjemahkan di Wiki dapat dijadikan modal untuk melamar job di agency berbayar?

    Thanks and Regards

    • Halo Mas Mario,
      Mengenai hal tersebut, saya tidak dapat memastikan karena tiap agensi (terutama agensi asing) punya kebijakan tersendiri dalam merekrut penerjemah. Tapi di awal karir saya (4 tahunan lalu), saya berulang kali mendapat kepercayaan dari beberapa agensi penerjemah asing untuk terlibat dalam proyek penerjemahan berbayar mereka “hanya” bermodalkan pengalaman menjadi penerjemah sukarela di beberapa proyek FOSS dan proyek-proyek lain yang bersifat voluntary. Karena tidak ada agensi yang akan mau mempekerjakan penerjemah yang CV-nya masih nol pengalaman, kan? Sementara, untuk pemula seperti saya, dari mana lagi saya bisa belajar menerjemahkan kalau tidak dari proyek-proyek semacam Wikipedia? 🙂
      Tapi bagi saya pribadi, Wikipedia hanya sekadar jalan pembuka saja, bagi saya yang tidak pernah mendapat kesempatan magang bersama penerjemah atau agensi di sini. Tentu, akan jauh lebih berbobot nilainya di mata agensi penerjemahan kalau pengalaman yang dilampirkan adalah pengalaman magang di biro penerjemahan atau pengalaman menerjemahkan untuk klien langsung (misalnya menerjemahkan abstrak untuk mahasiswa, menerjemahkan sebuah dokumen untuk sebuah lembaga, dll.)

  2. Selamat pagi mas. Mohon maaf sebelumnya. Saya juga menjadi penerjemah di Wikipedia. Tapi, ada yang ingin saya tanyakan. Bagaimana cara mengganti link saat menerjemahkan, seperti dari yang semula halaman berbahasa Inggris, lalu diganti ke halaman berbahasa Indonesia dengan masalah sama? Terima kasih.

Leave a Reply to Khadis Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.