Online Profile vs. Online Presence Di Dunia Freelancing (Bag. 2)

Bagaimana kita bisa sukses dengan mengandalkan online presence?

Setelah di tulisan sebelumnya saya sedikit bercerita tentang pengalaman saya soal profil daring dan kehadiran daring, kali ini saya ingin menjawab beberapa pertanyaan yang mungkin muncul di benak rekan-rekan pembaca. Misalnya:

  1. Setelah saya aktif di LinkedIn, apakah pekerjaan saya terus mengalir?
  2. Apakah tingkat view pada profil dan postingan saya terus meningkat serta berakhir dengan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang menguntungkan (baca: mendapat job baru)?
  3. Apakah hanya di LinkedIn kita bisa “sukses”?

Jawaban untuk pertanyaan pertama

Pekerjaan saya terus mengalir bukan semata-mata karena saya aktif di LinkedIn. Tapi kesempatan-kesempatan baru memang terus bermunculan setelah saya benar-benar aktif di LinkedIn (terhubung dan berinteraksi dengan banyak sesama penerjemah serta staf agensi penerjemahan).

Jika saat ini usaha pemasaran rekan-rekan ada di posisi stagnan, entah belum punya akun di LinkedIn ataupun sudah punya akun tapi belum aktif di LinkedIn, maka mulai sekarang cobalah untuk aktif di LinkedIn. Banyak peluang akan muncul ketika kita terhubung dan berinteraksi dengan lebih banyak orang.

Bila sebelumnya Anda telah membaca artikel saya tentang 50.000+ agensi penerjemahan sedang mencari freelancer, saya yakin Anda telah menghubungi begitu banyak agensi. Nah, jika belum ada yang merespons, jika perlu, lakukan pendekatan baru melalui LinkedIn. Cari tahu siapa saja staf agensi tersebut yang memiliki akun LinkedIn (PM, vendor manager, business development manager, atau siapa saja), lalu jalin pertemanan dengan mereka. Anda bisa menghubungi mereka melalui fitur obrolan (chat), atau lakukan posting secara teratur agar mereka “melihat” siapa Anda. Bila perlu, libatkan mereka dalam postingan Anda. Hanya saja, lakukan perlahan, jangan tiba-tiba secara serampangan menandai (tag) mereka atau menyebut (mention) mereka dalam postingan maupun komentar. Pastikan dulu mereka mau di-tag atau di-mention.

Nantinya, semakin sering Anda berinteraksi dengan mereka, semakin mereka melihat siapa Anda. Bukan tidak mungkin mereka akan menawarkan kerja sama. Malah sepengalaman saya, ada yang baru lihat profil saya, minta berteman, lalu menawarkan kesempatan untuk menjadi freelancer mereka. Usut punya usut, jauh-jauh hari sebelum mereka melihat profil saya, mereka sudah sering melihat postingan saya (yang di-like atau dikomentari oleh koneksi mereka sehingga secara otomatis mereka juga bisa melihat postingan saya).

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Bekerja sama dengan Agensi Penerjemahan Asing

Selamat tahun baru! Mudah-mudahan di tahun yang baru ini, para pembaca yang budiman mendapatkan semangat baru untuk terus berkarya dan mencapai target-target yang telah direncanakan.

Di hari pertama di tahun yang baru ini, saya akan sedikit berbagi pengalaman tentang hal-hal yang harus diperhatikan sebelum bekerja sama dengan agensi penerjemahan, khususnya agensi asing. Barangkali ada di antara rekan-rekan yang tahun ini berencana untuk menjajal dunia freelancing, atau sedang berencana untuk mulai go international dengan berburu proyek-proyek dari agensi luar negeri. Beberapa hal tersebut antara lain: Read More

Protemos Translation Management System untuk Freelancer

Seiring bertambahnya jumlah klien, volume pekerjaan, dan variasi layanan, kita harus memiliki manajemen yang baik terkait jasa yang ditawarkan. Pencatatan jenis pekerjaan, klien pemberi kerja, tenggat, besar nilai uang yang akan diterima, proses penagihan, dan sebagainya harus dilakukan sedemikian rupa agar kita mudah melakukan penelusuran mengenai mana saja pekerjaan yang harus diprioritaskan, mana saja pekerjaan yang sudah selesai dan tinggal dibuatkan invoice, dst. Bukan hanya “dengan mudah”, tapi sebisa mungkin “secara otomatis”. Read More

59.870+ Agensi Asing Menunggu Lamaran Kita

Pada tulisan saya yang terdahulu, saya sudah menuliskan cara agar cepat direkrut agensi asing. Tapi sepertinya saya lupa menuliskan di mana tempat paling tepat untuk “berburu” agensi asing tersebut. Nah, sebenarnya, kalau kita hendak melamar menjadi penerjemah lepas di agensi asing, di mana sih tempatnya? Terus, bagaimana “prosedur” melamar ke agensi asing itu? Apa yang bisa membuat mereka tertarik merekrut kita? Read More

Cara Tepat Memublikasikan Konten Blog Ke Banyak Akun Media Sosial Sekaligus

Punya konten blog yang harus segera dibagikan ke banyak pembaca? Punya dan aktif di banyak akun media sosial? Keduanya kombinasi sempurna untuk mendongkrak “popularitas” sekaligus peluang penjualan jasa penerjemahan kita!

Sebelumnya, saya sempat menuliskan bagaimana caranya mengelola banyak akun media sosial untuk keperluan publikasi konten blog atau sekedar update status di sini. Tapi, kalau untuk memublikasikan konten blog saja, kelihatannya masih “ribet”, ya? Bisakah kita melakukannya langsung dari blog kita, bersamaan dengan kita menekan tombol Publish begitu sebuah konten siap dipublikasikan? Read More

Cara Mudah Kelola Banyak Akun Media Sosial untuk Promosi Jasa Penerjemahan

Punya banyak akun media sosial dan merasa ribet kalau ingin update promosi jasa penerjemahan atau sekadar berbagi konten blog?

Biasanya, setiap kali kita ingin mengunggah atau memublikasikan suatu informasi ke banyak media sosial sekaligus, sebagian besar dari kita mungkin melakukannya secara manual: buka banyak tab di peramban, satu untuk Facebook, satu untuk Twitter, satu untuk Google+, dst. Buat status atau memublikasikan informasi di salah satu akun media sosial, lalu copy-paste atau tulis ulang di akun lainnya. Memakan waktu dan tidak praktis, bukan? Bagaimana solusinya? Read More

Berani Menentang Tarif Rendah (Bag. 2)

Pada artikel sebelumnya, sudah kita lihat 2 faktor pertama yang bisa digunakan untuk menentukan besarnya tarif terjemahan. Nah, 2 faktor berikut juga tidak kalah penting untuk dipertimbangkan. Selamat membaca 🙂

Kesulitan pekerjaan yang tidak terduga

Selalu periksa atau minta diperlihatkan dokumen yang hendak dikerjakan, untuk memperkirakan tingkat kesulitannya. Kadang, walaupun sudah biasa mengerjakan teks berlabel “general”, antara apa yang dibayangkan dengan apa yang dihadapi bisa benar-benar berbeda. Jika ternyata dokumen tersebut “sulit” atau akan memakan waktu lebih lama dari tenggat yang diajukan klien, negosiasikan kembali tarif atau tenggatnya. Sama seperti poin di atas, pertimbangkan hal-hal yang berpotensi tidak dibayar. Jangan sampai kita mengerjakan teks yang “lebih sulit” dari biasanya, namun dengan bayaran yang sama. Apalagi jika yang akan dikerjakan merupakan pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang tertentu alias spesialis, maka tidak boleh disamakan dengan tarif terjemahan yang bisa dikerjakan oleh siapa pun.

Teks yang susah diterjemahkan

Teks susah diterjemahkan, kadang datang tiba-tiba. Sumber dan hak cipta gambar: https://goo.gl/mVQN7x

Kesulitan lain yang mungkin dihadapi: kita harus mengonversi sendiri format file yang dikirim klien agar dapat dibuka dan dibaca di CAT tool kita lalu mengonversi kembali ke format file yang diminta atau dapat dibaca klien, mengonversi atau mengetik ulang hasil pindai OCR, dll. Pastikan untuk pekerjaan seperti ini dikenakan tarif tambahan.

Jangan tergiur proyek bervolume besar, kecuali…

Volume besar itu menyenangkan, tapi berisiko. Seringnya, pekerjaan dengan volume besar menuntut kita untuk mau dibayar murah. Biasanya, kalau dapat job dari agensi, agensi akan meminta kita menurunkan tarif atau rate karena ini proyek besar atau proyek jangka panjang. Misalnya tarif kita sebesar 0.05 USD per kata, maka agensi mungkin akan meminta kita menurunkannya menjadi 0.035 USD atau 0.04 USD per kata.

Perlukah kita menurunkan tarif kita?

Berani Menentang Tarif Rendah (Bag. 1)

Tarif rendah, siapa yang mau? Banyak 🙂

Tapi, tarif rendah untuk terjemahan berkualitas, barangkali banyak penerjemah yang enggan menerimanya. Saya, yang masih sangat baru di industri penerjemahan saja, malas menerima tarif yang terlalu rendah, katakanlah di bawah 0.05 USD per kata.

tarif rendah penerjemah

Tarif rendah? Tunggu dulu. Sumber dan hak cipta gambar: https://goo.gl/xfsBdg

Saya percaya bahwa menerjemahkan adalah pekerjaan intelektual sekaligus seni, tidak sepantasnya dibayar dengan harga yang murah. Tapi, berapa besaran yang valid untuk menilai dan mengukur tinggi-rendahnya atau murah-tidaknya harga terjemahan kita?

Ada beberapa hal yang saya dapat dari mentor saya dan berbagai sumber daring lainnya mengenai cara menentukan besaran tarif terjemahan dalam konteks sebagai penerjemah lepas dan mengapa kita harus berani menolak tarif rendah, yaitu:

Pendapatan per bulan yang diinginkan

Besaran tarif bisa dihitung berdasarkan pemasukan yang diiinginkan tiap bulan, misal 10 juta per bulan. Untuk menghasilkan 10 juta per bulan, berapa proyek yang harus atau sanggup dikerjakan dalam sebulan? Atau lebih spesifik, berapa ribu kata yang bisa ditangani per hari agar menghasilkan 10 juta per bulan dengan 5 hari kerja dalam seminggu dan 8 jam kerja per hari?

Jika dalam satu hari kerja kita mampu menerjemahkan 2.500 kata, artinya dalam 5 hari kerja kita bisa menerjemahkan hingga 12.500 kata. Katakanlah dalam satu bulan kita memiliki hari efektif kerja sebanyak 20 hari. Artinya, dalam 20 hari idealnya kita mampu menerjemahkan sebanyak 50.000 kata. Lalu, untuk mendapat 10 juta per bulan, tinggal dibagi saja, yaitu 10 juta dibagi 50.000 kata. Hasil akhirnya adalah 200 rupiah per kata.

Hmm, kecil sekali ya? Ya, ini hanya contoh perhitungan secara kasar. Coba kurangi jumlah kata yang mampu kita terjemahkan dalam sebulan, karena tidak mungkin, kan, selama 20 hari penuh kita mengerjakan sebegitu banyaknya? Ya, sebenarnya sih mungkin saja. Misalnya ini proyek besar dengan banyak fuzzy atau context match-nya.

Juga harus diperhitungkan, bahwa sebagai penerjemah lepas, ada kalanya sepi job. Katakanlah dengan target 50.000 kata untuk 10 juta per bulan, maka perlu usaha yang ekstra keras. Oleh karenanya, harus dipikirkan besaran tarif yang tepat untuk jumlah pekerjaan yang lebih sedikit (kurangi target jumlah kata, naikkan tarif). Misalnya naikkan menjadi 500 rupiah per kata. Maka beban target kerja kita sebulan jadi berkurang menjadi 20.000 kata saja. Saya ulangi, ini hanya gambaran hitung-hitungan kasar.

Silakan baca: acuan tarif terjemahan Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI)