Workshop penerjemahan dan interpreting yang diadakan oleh Pusat Bahasa UMP sejatinya dilakukan selama dua hari, yaitu tanggal 23-24 Juli 2016. Hari pertama dikhususkan untuk workshop penerjemahan, dan hari kedua dikhususkan untuk interpreting.
Sebenarnya, di penghujung sesi hari pertama workhsop Pak Dewa sempat memberi sedikit gambaran materi untuk hari kedua atau materi interpreting. Beliau sempat memberikan semacam introduction mengenai dunia interpreting dan bahkan dengan bantuan mahasiswa UMP beliau sempat mendemonstrasikan proses atau simulasi interpreting.
Sayangnya, hari kedua saya tidak bisa ikut. Tapi untungnya, saya bisa menghubungi beliau lewat e-mail untuk mengorek sedikit tentang dunia interpreting.
Interpreting: kerja dengan gaji 5 juta per hari
Banyak orang masih mengira jika translating dan interpreting adalah sama. Meski keduanya sama-sama pekerjaan “menerjemahkan”, tapi keduanya memiliki cara kerja yang berbeda. Translating adalah pekerjaan menerjemahkan teks (buku, artikel, dsb.) dengan tenggat waktu tertentu, sementara interpreting adalah menerjemahkan obrolan, pidato, atau bentuk komunikasi lisan lain yang dilakukan secara langsung saat itu juga atau real time. Karena dilakukan secara real time, interpreting adalah pekerjaan yang jauh lebih susah dilakukan. Interpreting menuntut sang interpreter untuk berpikir super cepat dan mengalihbahasakan suara atau pembicaraan narasumber saat itu juga.
Ada 3 jenis interpreting yang biasa Pak Dewa (dan para interpreter pada umumnya) lakukan, yaitu: simultaneous interpreting, consecutive interpreting, dan whispered interpreting. Di antara ketiganya, simultaneous interpreting adalah yang “paling berat”. Karena dilakukan secara simultan, maka fokus, endurance, kemampuan multitasking, sekaligus mampu mengantisipasi penggunaan bahasa yang tidak baku oleh narasumber adalah beberapa kunci untuk dapat melakukan simultaneous interpreting.
Menurut Pak Dewa, seorang interpreter harus memiliki kemampuan multitasking yang luar biasa, yakni mampu melakukan beberapa aktivitas mental dan fisik secara bersamaan seperti mendengarkan, berbicara serta mencatat di mana ketiga hal tersebut, yang didengar, yang diucapkan serta yang dicatat, bisa jadi hal yang berbeda. Dibutuhkan latihan untuk mencapai kemampuan ini secara mumpuni. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan berbicara secara jelas dan cepat. perbedaan panjang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris cukup signifikan. Jumlah kosakata dalam bahasa Indonesia relatif lebih banyak dan beberapa konsep dalam bahasa Inggris perlu diterangkan lebih dari satu kata dalam bahasa Indonesia. Ini berarti jika kita melakukan penjurubahasaan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, kita harus memiliki kemampuan berbicara sangat cepat.
Lalu, sebagai pekerjaan yang penuh dengan “tantangan”, berapa besar gaji seorang interpreter dalam sebulan?
Tentu kita tahu berapa gajinya per bulan jika per hari saja seorang interpreter bisa mengantongi uang 2 hingga 4 atau 5 juta per hari dengan durasi kerja sekitar 8 jam. Nah, jika kegiatan interpreting dilakukan setiap hari, atau seminggu dua sampai tiga kali saja, maka sudah terbayang kan, berapa besaran rupiah yang bisa dikantongi seorang interpreter dalam sebulan? 🙂
Nah, tertarik menjadi interpreter? Jika iya, Pak Dewa memberikan beberapa resepnya: berlatih sejak dini (misal ambil kursus. Silakan cari informasi di internet dengan kata kunci “interpreting exercise”), ambil pekerjaan apa pun, jangan pilih-pilih job, biasakan riset sebelum bekerja maupun saat tidak bekerja, cintai ilmu pengetahuan, serta membuka diri untuk pekerjaan/aktivitas penjurubahasaan secara sukarela alias gratis karena dengan demikian, beban yang dipikul tidak terlalu besar dan kita mendapatkan pengalaman.
Berlatih interpreting secara mandiri
Sebelum terjun ke dunia interpreting, kemampuan bahasa asing yang bagus secara tertulis, lisan, dan mendengarkan ternyata belum cukup. Harus “diuji” dulu dengan pembiasaan-pembiasaan, misalnya shadowing kemudian diikuti dengan latihan multitasking.
Shadowing adalah menirukan suara, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris tanpa menerjemahkan. Tujuannya untuk membiasakan diri berpikir dan berbicara secara cepat. Setelah terbiasa, tingkat kesulitan ditingkatkan dengan latihan multitasking di mana sambil shadowing, tangan melakukan aktivitas lain yang berarti terjadi aktivitas lain di otak. Fungsinya adalah untuk melatih juru bahasa atau calon juru bahasa mampu melakukan beberapa aktivitas mental seperti mengingat dan menerjemahkan dengan beberapa aktivitas fisik yang juga berbeda-beda yakni mendengar, berbicara, dan menulis.
Pada simulasi interpreting di penghujung sesi hari pertama, Pak Dewa mengajak 2 dari 50-an peserta workshop untuk mencicipi shadowing dan multitasking. Sungguh luar biasa seru! Ingin melihat orang mendengarkan pidato sambil menerjemahkan pidato tersebut plus menggambar “kelinci kardus”? Silakan hubungi Pak Dewa 🙂
*) Untuk training pengajaran bahasa Inggris, seminar serta jasa penerjemahan dan interpreting, Anda bisa menghubungi Pak Dewa (Dewantoro Ratri) di nomor (+62) 85645227441 atau e-mail: dewa.ratri@gmail.com, mengunjungi blog beliau, atau via Facebook di sini dan di sini.
Terima kasih. Tulisan yang informatif.