Apa yang Dilakukan Penerjemah Selain Menerjemahkan?

Dulu, ketika pertama kali saya dilatih sebagai penerjemah, saya “hanya” disiapkan untuk mampu menerjemahkan teks, tidak disiapkan untuk pekerjaan tambahan lainnya. Semula pekerjaan menerjemahkan adalah pekerjaan mengalihbahasakan semata. Tapi ternyata, menerjemahkan pun ada variannya, misalnya saja transcreation. Selain itu, penerjemah juga kadang diminta untuk melakukan revisi terhadap hasil kerja penerjemah lainnya, proofreading, cultural review, voice over (bagi yang memiliki suara bagus dan berkarakter), subtitling, dan lain-lain.

Berikut beberapa uraian singkat mengenai tugas penerjemah:

Transcreation

Transcreation atau transkreasi adalah pekerjaan translate and create, menerjemahkan tapi dengan cara menggubah teks sumber ke dalam bahasa target yang bisa dibilang sama sekali baru. Kalau dirunut kata per kata akan terasa berbeda dengan teks aslinya (teks sumber bisa saja “hilang” dalam teks terjemahannya) namun tetap memiliki makna yang sama dan pesan bisa tersampaikan. Ada juga yang berpendapat bahwa transcreation adalah gabungan antara penerjemahan dan copywriting. Biasanya tugas transcreation terdapat pada konten marketing dan video game.

Transcreation is the process of “adapting marketing content so that the words and the meaning carry the same weight in different cultures”. (Caitlin Nicholson)

Yang dimaksud teks sumber “hilang” pada teks terjemahannya misalnya begini:

  1. Teks sumber memiliki frasa atau kalimat yang mengandung idiom, majas, maupun peribahasa, sehingga harus dicari padanannya dalam bahasa target yang sesuai;
  2. Istilah pada teks sumber perlu disesuaikan dengan istilah pada bahasa dan budaya setempat. Malah seringnya bisa menggunakan dialek setempat, tidak melulu menggunakan ragam bahasa formal, misalnya: rasanya nge-hits buangets!

Pekerjaan transcreation ini memaksa penerjemah untuk menjadi superkreatif karena biasanya teks sumber “tidak dapat diterjemahkan” dengan cara biasa. Misalnya saja tagline sebuah iklan atau produk yang seringnya tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Butuh pemahaman terhadap filosofi produk, memahami pangsa pasarnya, dst. Hal ini diperlukan agar bahasa target yang disusun tidak menimbulkan tafsir ganda, dapat diterima oleh pasar lokal yang dituju, dan tidak terasa berasal dari bahasa asing.

Bagi saya sendiri, transcreation adalah tugas “terberat” dan baru dua atau tiga kali mengerjakannya (dengan mati-matian).

Baca juga: Get Creative with Transcreation.

Penghasilan Kategori “Sukses”

Berapa jumlah penghasilan penerjemah yang dianggap sebagai “sukses”? 5 – 10 juta per bulan? 10 – 15 juta per bulan? 15 – 20 juta per bulan? Atau di atas 25 – 30 juta per bulan?

Pertanyaan tersebut di atas konon dilontarkan oleh Pak Eddie Notowidigdo pada kursus penerjemahan yang diselenggarakan HPI di tahun 2009 lalu, dan “diceritakan” kembali oleh Mba Dina Begum di sini.

Sebenarnya, saya tidak tertarik membahas nominal “penanda” kesuksesannya, karena sifatnya sangat relatif. Tapi saya tertarik sekali untuk membahas bagaimana atau proses agar saya bisa sampai ke sana (ke 25 atau 30 juta rupiah per bulan). Mungkinkah seorang penerjemah sampai ke sana, dan bagaimana caranya?

Menjadi penerjemah yang sukses

Menuju penerjemah yang sukses secara finansial. Sumber dan hak cipta gambar: jtanki / 123RF Stock Photo

Menurut Pak Eddie (dalam artikel yang diceritakan oleh Mba Dina tadi), sangat mungkin seorang penerjemah sampai ke angka fantastis tersebut di atas. Syaratnya: pengetahuan dan keterampilan, profesionalisme, sarana dan prasarana, networking, serta upaya pemasaran dan promosi.

Saya setuju dengan pendapat Pak Eddie tersebut. Secara pribadi, saya sudah dan masih menjalani hampir semua hal di atas meski saat ini saya belum memanen hasil maksimalnya. Saya dituntut menguasai teks A dan B, saya dituntut untuk mampu mengoperasikan CAT tool C dan D, saya dituntut untuk bekerja secara professional, saya diminta untuk memiliki sarana penunjang, dan seterusnya. Beberapa hal mungkin bisa saya uraikan sebagai berikut:

Merintis Karir Subtitler Melalui TED

Sebelumnya, saya pernah menulis tentang belajar menjadi penerjemah melalui Wikipedia. Nah, kalau ingin menjadi subtitler, di mana kita harus belajar?

Secara formal, sepertinya saya belum pernah mendengar soal tempat di mana kita bisa belajar menjadi subtitler seperti tempat kursus atau sekolah khusus, kecuali mungkin workshop yang diadakan oleh asosiasi penerjemah atau yang semisalnya.

Saya sendiri, belajar menjadi subtitler setelah saya bergabung dengan CLC (Cinema Lovers Community), sebuah komunitas pegiat film dari kota kelahiran saya, Purbalingga. Saat itu sekitar akhir tahun 2006. Di CLC, selain mendapat kesempatan belajar soal sinematografi dan video editing, saya juga berkesempatan menjajal kemampuan saya “menerjemahkan” transkrip beberapa film produksi CLC. Ada beragam jenis film atau video yang saat itu saya terjemahkan. Mulai dari profil instansi, profil tempat wisata, dan film pendek (fiksi dan dokumenter). Khusus untuk film pendek, biasanya saya mengerjakan subtitle untuk film-film yang hendak diikutsertakan dalam berbagai festival film baik di dalam maupun luar negeri. Jujur, saat itu saya belum terpikirkan untuk menjadi subtitler betulan. Karena, jangankan menjadi subtitler, menjadi penerjemah atau bahkan ilmu tentang penerjemahan saja saat itu sama sekali belum dapat, belum tahu. Bahkan, bisa dibilang, subtitle saya saat itu adalah subtitle dengan terjemahan apa adanya. Read More

Step by Step of Mastering Automated Marketing Campaign

Belakangan saya sangat tertarik untuk menjajal teknik baru dalam membagikan konten blog saya melalui layanan SendinBlue. Layanan ini pernah saya singgung sedikit di sini.

SendinBlue sebenarnya adalah penyedia layanan marketing campaign yang bisa kita gunakan untuk mengirimkan materi marketing kita melalui email maupun SMS secara terjadwal, misalnya promosi produk baru, tawaran diskon, maupun newsletter. Khusus untuk pemasaran via email, dengan SendinBlue kita dapat mendesain sendiri tampilan email kita agar lebih menarik.

SendinBlue

Badan (body) email berisi newsletter yang dibuat di SendinBlue

Nah, kali ini saya akan menunjukkan langkah demi langkah melakukan pemasaran dengan SendinBlue. Dalam hal ini, saya menggunakan layanan versi gratis untuk mengirimkan newsletter pada pembaca yang telah berlangganan artikel saya. Belum berlangganan? Silakan daftarkan nama dan email Anda di kolom Berlangganan Artikel di panel kanan 🙂

OK, let’s go! Read More