Nah, besaran pendapatan juga akan bervariasi tergantung jenis terjemahan yang dikerjakan. Misalnya terjemahan teks umum (dokumen bisnis, teks legal, video game, pelokalan antarmuka aplikasi, dsb.) dan terjemahan buku itu berbeda. Konon, menerjemahkan buku (misalnya novel) bayarannya lebih sedikit karena umumnya dihitung per lembar, bukan per kata.
Oh iya, bicara soal target pendapatan, saya jadi ingat kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Pak Edwin Solahuddin (penerjemah pasangan bahasa Indonesia – Inggris – Jepang – Cina – Arab) pada salah satu sesi training di Proz sebagai berikut:
Salah satu kelemahan utama menjadi penerjemah lepas adalah tidak memiliki penghasilan yang bisa diandalkan. Sebagian besar penghasilan kita diperoleh dari proyek-proyek jangka pendek yang diberikan oleh perantara, yaitu penyedia jasa alih daya atau biro penerjemah, yang mungkin juga kesulitan mendapatkan proyek untuk diri mereka sendiri.
Kelemahan penerjemah lepas lainnya adalah kita cenderung bergantung pada diri kita sendiri. Jika kita sakit, semuanya akan kacau, yaitu kita tidak bisa bekerja. Jika kita tidak bisa bekerja, kita tidak bisa menghasilkan uang. Jika kita tidak bisa menghasilkan uang, kita tidak bisa membayar tagihan-tagihan, dan seterusnya. Tidak ada orang yang bisa mengambil-alih pekerjaan kita saat kita sakit flu.
Itu sebabnya setiap penerjemah lepas harus memiliki penghasilan tambahan yang bisa menunjang penghasilan utama kita, terutama saat permintaan penerjemahan sedang menurun. Yang kita perlukan adalah penghasilan yang lebih besar, bukan lebih banyak pekerjaan atau semakin banyak klien! Kita tidak ingin menambah beban dan jam kerja kita serta jauh dari keluarga hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. (Edwin Solahuddin)
Jadi, memang sebagai penerjemah lepas kita tidak dapat bergantung pada satu-dua klien atau agensi saja. Harus aktif memasarkan jasa atau melamar ke agensi-agensi penerjemahan sebagai freelancer mereka. Jadi, kalau sedang sepi job dari agensi yang satu, bisa jadi nanti akan dapat dari agensi lainnya. Atau, bisa juga melakukan hal-hal produktif yang tidak terlalu jauh dari dunia penerjemahan, misalnya menjadi penulis, juru bahasa, atau juga trainer.
Waktu dan tenaga yang tidak dibayar
Saat kita mengerjakan terjemahan, ada saatnya ketika waktu dan tenaga kita tidak dibayar. Yaitu saat menjawab query sheet atau QA report dari klien atau agensi (kadang juga sekaligus diminta melakukan pembaruan pada terjemahan kita). Menjawab query sheet biasanya lumayan memakan waktu, dan jika kita mematok tarif terlalu rendah, artinya ada hal-hal yang tidak dibayar dari kerja keras kita.

Pastikan waktu, tenaga, dan pikiran Anda terbayar dengan layak. Sumber dan hak cipta gambar: https://goo.gl/1p0yGf
Saya juga termasuk yang agak “malas” mengisi query sheet. Tapi kalau memang isinya “daftar koreksi” atas kesalahan saya sendiri (atau ada sesuatu yang terlewat), ya memang sudah jadi kewajiban jadi harus diisi. Tapi yang benar-benar membuat “malas” adalah kalau harus mengisi query sheet yang ternyata setelah dilihat tidak ada kesalahan fatal, dan saya hanya harus menuliskan N/A, OK, ignore, atau FalsePositive pada dokumen yang berlembar-lembar 🙂