Untuk hal ini selalu ada dua pilihan, yaitu menurunkan tarif ke nilai yang masih dalam batas toleransi atau memilih memberikan diskon, misalnya 10% dari total nilai proyek dengan tarif normal.
Kalau saya pribadi, seandainya diberi dua opsi di atas, tentu saya akan lebih memilih untuk memberikan diskon. Karena bagi saya, berjualan jasa berbeda dengan berjualan barang. Jika kita berjualan barang, asal modal sudah kembali, mengurangi sedikit harga jual mungkin tidak masalah. Berbeda dengan berjualan jasa, di mana jasa yang kita berikan adalah akumulasi dari waktu, tenaga, pikiran, dan sederet usaha pendukung. Mengerjakan 20.000 kata (tarif 0.05 USD per kata) dengan mengerjakan 20.000 kata (tarif 0.035 USD per kata) tentu sama-sama memerlukan usaha yang sama, tidak lantas waktu kita berkurang sepertiganya atau tenaga kita berkurang setengahnya. Intinya, dengan beban kerja yang sama, jangan sampai malah kita turunkan harga jual kita. Katakan saja: tidak ada kualitas terjemahan bagus untuk tarif sekian dolar atau tidak ada yang bisa mengerjakan terjemahan dengan tenggat sesingkat itu dan harga semurah itu.
Mengapa harus diskon? Dengan diskon artinya kita tidak menurunkan tarif dasar kita meskipun akhirnya nominal yang kita peroleh tetap tidak “utuh” karena diskon sekian persen yang sebelumnya kita tawarkan. Diskon bisa diartikan sebagai bentuk cash back atas kepercayaan dan loyalitas pemberi kerja.
Menurunkan tarif kadang juga bisa diartikan bahwa kita bisa ditawar seenaknya. Artinya begini, misalnya agensi atau klien punya budget sebesar 100 USD, namun mereka bilang pada kita mereka hanya punya budget sebesar 80 USD. Jika ternyata kita bisa ditawar, kali lain mereka bisa saja bilang hanya punya budget 60 USD padahal aslinya punya budget sebesar 100 USD. Siapa yang akan rugi? Tentu kita, sebagai penerjemahnya. Apalagi jika ternyata beban kerjanya tidak sesuai dengan tarif yang sudah kita sepakati di awal. Negosiasi di tengah jalan seringkali susah dilakukan.
Apakah agensi atau klien bisa berbuat seperti di atas? Mengapa tidak? Kita sedang melakukan jual-beli, dan lazimnya proses jual-beli, ada tawar-menawar, dan itu sah-sah saja, bukan? Harga 100 ditawar 80, harga 80 ditawar 60, dst.
Baca juga: Hal-hal yang menentukan dan mempengaruhi tarif terjemahan
Bagaimana jika ternyata keengganan kita menurunkan tarif berdampak pada “pembatalan” pemberian kerja? Santai saja. Ibarat mobil, Toyota Alphard selalu punya pasarnya sendiri meski harganya selangit. Pun dengan jasa yang kita tawarkan, akan selalu ada yang mau membayar kita sesuai tarif atau malah berani membayar lebih tinggi 🙂
Jadi, jangan tergiur pekerjaan dengan volume besar dulu, kecuali bayarannya juga sepadan dengan lelah dan sakit kepala yang akan kita alami 🙂