Profil Daring yang Tidak Menjual

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat pertanyaan dari seorang teman tentang efektivitas profil daring dan diminta untuk “menilai” profil daringnya yang baru saja mengudara di ProZ. Saya bilang, “Segitu sudah lebih dari cukup.”

Seberapa banyak informasi*) yang harus kita tampilkan pada profil kita di ProZ, translatorscafe, TM Town, dsb.? Idealnya, semakin banyak informasi maka semakin bagus karena calon klien akan langsung tahu banyak tentang kita. Apa saja keahlian dan pengalaman kita, kapasitas kita, dsb. Tapi, apakah profil yang berjubel informasi akan serta-merta membawakan kita klien baru?

*) Yang saya maksud dengan “informasi” di sini adalah informasi penting tentang pekerjaan dan pengalaman kita. Informasi pribadi seperti tanggal lahir, status pernikahan, ataupun agama tidak begitu penting.

social profile

Profil di media sosial. Hak cipta gambar: aniwhite / 123RF Stock Photo

Segudang informasi pengalaman menerjemahkan bermacam-macam buku dan/atau dokumen serta daftar keahlian tentu wajib disertakan dalam profil kita. Tapi di dunia freelancing, di mana kita harus terus bergerak memasarkan jasa kita, profil yang “wah” saja tidak cukup, meski diperbarui setiap minggu atau setiap bulan—hal ini juga berlaku untuk CV. Di dunia freelancing, salah satu yang paling penting adalah pemasaran. Tanpa memasarkan diri, profil daring yang begitu keren bisa saja tidak terlihat oleh calon klien. Lalu apa yang lebih penting dari sebuah halaman profil?

Online Profile vs. Online Presence

Saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman saya saat baru terjun di dunia freelancing. Dulu, di tahun 2012, selama enam bulan pertama saya terjun di dunia freelancing, saya banyak menghabiskan waktu saya membuat dan memoles profil saya di ProZ dan translatorscafe. Lalu mengubah profil serta konten Facebook saya yang semula isinya “senang-senang” menjadi sesuatu yang profesional. Setelah itu, sambil sesekali mengirim lamaran ke agensi penerjemahan, saya menghabiskan waktu untuk menunggu dan menunggu. Menunggu ada calon klien yang kepincut dengan keterampilan saya. Hasilnya? Saya tidak mendapat apa-apa.

Singkat cerita, setelah jungkir balik lamar sana lamar sini plus minta nasihat dan luberan pekerjaan serta rekomendasi dari para senior, akhirnya saya mendapatkan klien saya sendiri. Pun, pekerjaan saya baru mulai stabil 2 tahun kemudian.

strategi pemasaran

Strategi pemasaran di media sosial. Hak cipta gambar: rawpixel.com

Lalu pengalaman saya bulan Januari kemarin, yaitu ketika saya mulai benar-benar aktif di LinkedIn setelah sebelumnya hanya menjadi “pengunjung” musiman. Pada bulan Januari kemarin, saya melihat adanya “tantangan” yang diposting oleh salah satu koneksi saya, yaitu tantangan untuk membuat postingan selama 1 bulan penuh dengan tema yang ditentukan setiap harinya (peserta tantangan diberi kalender yang berisi tema untuk diposting selama 1 bulan). Tujuannya? Salah satu tujuannya adalah untuk “memperkenalkan” diri kita pada dunia yang lebih luas dan “memasarkan” jasa kita, sebagaimana kita tahu bahwa LinkedIn adalah jejaring sosial khusus untuk para profesional dari berbagai bidang, dari berbagai departemen, dan dari berbagai penjuru dunia.

Saya pun mengikuti “tantangan” tersebut. Ajaibnya, meski tidak bisa posting setiap hari (ada beberapa hari yang dilangkahi), postingan saya yang biasanya hanya dilihat oleh 5-10 orang dan mendapat like 1 atau 2 saja dari lingkaran pertemanan terdekat, tiba-tiba dilihat oleh seribu orang lebih. Bahkan rekor tertinggi tingkat view postingan saya ada di atas 7.000 views. Postingan-postingan saya yang berikutnya juga dilihat lebih dari 1.000 orang, dengan puluhan like dan komentar. Tingkat view profil LinkedIn saya meningkat sampai beberapa ratus persen. Banyak orang minta menjadi koneksi saya. Banyak agensi yang tiba-tiba menawarkan kesempatan untuk bergabung. Beberapa di antaranya membuahkan kesepakatan dan langsung memberikan job, selebihnya berhenti di negosiasi tarif.

Kesimpulan

Sampai hari ini, masih saja ada penawaran untuk bergabung sebagai freelancer dari berbagai agensi di seluruh dunia plus permintaan pertemanan dari banyak orang—kebanyakan sesama penerjemah dan PM dari berbagai agensi. Hal ini tidak pernah terjadi ketika saya hanya sibuk memperbarui profil saya di ProZ dan translatorscafe. Bisa dibilang, hanya dalam satu bulan “kehadiran nyata” saya di dunia maya benar-benar membuahkan hasil—dan semua peserta tantangan mengatakan telah merasakan hal yang sama. Kadang saya menyesal, mengapa hal ini tidak saya lakukan sejak awal saya terjun di dunia freelancing. Mungkin karena dulu saya kurang bergaul, kurang terbuka, dan kurang banyak belajar.

Saya sebut “kehadiran nyata” karena saya benar-benar membuat sebuah postingan, menandai orang-orang di lingkaran pertemanan saya, menyematkan tagar (hashtag) agar orang-orang dapat menemukan saya dan postingan saya, memberi like dan komentar (serta membalas komentar) di postingan sendiri maupun orang lain, membagi ulang postingan orang lain yang bermanfaat, serta benar-benar melakukan interaksi aktif.

Hal ini berbeda jika kita memasarkan diri hanya dengan mengandalkan profil di ProZ atau translatorscafe, atau bahkan melalui email sekalipun! Bagi saya, kehadiran saya di ProZ atau email sekalipun, belum benar-benar nyata. Orang yang melihat profil saya atau membaca email penawaran saya mungkin tahu bahwa saya pernah menerjemahkan dokumen A, B, dan C dari klien X, Y, dan Z. Tapi mereka tidak serta-merta langsung mengetahui siapa saya sebenarnya, apa gagasan-gagasan saya, yang menjadi fokus saya, apakah saya interaktif atau tidak, bersahabat atau tidak, dsb. Maka, profil daring harus diperkuat dengan kehadiran kita yang sesungguhnya agar orang-orang semakin tahu siapa kita, kapasitas kita, dsb.

Lalu yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah setelah saya aktif di LinkedIn lalu pekerjaan mengalir terus? Apakah tingkat view saya terus meningkat dan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan menguntungkan? Apakah hanya di LinkedIn saya bisa “sukses”? Beberapa pertanyaan ini akan saya ulas di tulisan saya berikutnya 🙂

2 thoughts on “Online Profile vs. Online Presence Di Dunia Freelancing (Bag. 1)

  1. Pingback: Online Profile vs. Online Presence Di Dunia Freelancing (Bag. 2) – ActiveTranslation by Khadis

  2. Pingback: Online Profile vs. Online Presence Di Dunia Freelancing (Bag. 3 – Tamat) – ActiveTranslation by Khadis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.