Apa sih, yang dilakukan oleh seorang penerjemah selain menerjemahkan?
Bagi yang memiliki multitalenta, mungkin ia juga akan mengerjakan proyek transkripsi, voice-over, penjurubahasaan, DTP, atau lainnya. Atau, kombinasi kesemuanya.
Tapi apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang penerjemah di balik satu proyek yang sedang dikerjakan olehnya? Atau sederhananya, saat ia sedang mengerjakan suatu proyek, aktivitas apa saja yang dilakukan untuk mendukung kerjanya sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tuntutan kliennya?
Baca juga: Apa yang Dilakukan Penerjemah Selain Menerjemahkan?
Pekerjaan menerjemahkan, singkatnya adalah menerima file → menerjemahkan file → mengirimkan hasil terjemahan kepada klien → mendapatkan bayaran atas pekerjaan kita.
Tapi dalam proses sesungguhnya, mulai dari sebelum file diterima hingga file diserahkan kembali ke klien, ada beberapa aktivitas yang umumnya dilakukan oleh seorang penerjemah. Apa saja itu?
1) Manajemen proyek (project management)
Pada tulisan saya yang lalu (baca di sini), saya menjelaskan secara singkat apa itu manajemen proyek atau project management. Yaitu suatu aktivitas mengelola suatu proyek. Mulai dari perencanaan, analisis sumber daya dan risiko, opsi-opsi dalam menjalankan proyek, pengawasan pelaksanaan proyek, sampai penyelesaian sebuah proyek (pengiriman deliverables, evaluasi, dan umpan balik beserta implementasinya).
Baca selengkapnya: Belajar Tentang Project Management
Contoh hal-hal yang harus masuk dalam data manajemen proyek:
- proyek apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakan;
- kapan pekerjaan dimulai dan kapan tenggatnya;
- siapa klien dan volume pekerjaannya;
- siapa saja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut atau siapa yang bisa dihubungi jika butuh bantuan;
- tools apa saja yang dibutuhkan;
- berapa nilai proyeknya dan kapan pembayaran akan dilakukan;
- status proyek.
Dalam hal bekerja untuk agensi penerjemahan, manajemen proyek biasanya dilakukan oleh seorang PM menggunakan TMS milik perusahaan. Sehingga, mulai dari proses unduh-unggah file sampai pembuatan invoice, dilakukan di TMS tersebut. Sebagai penerjemah, tugas kita adalah menerjemahkan dan menyerahkan hasil terjemahan kita.
Tapi jika kita bekerja dengan klien langsung, maka selain menjadi penerjemah, kita akan merangkap sebagai PM untuk diri kita sendiri.
Lihat: Lembar Progress Tracker untuk manajemen proyek pribadi
Tanpa manajemen proyek, kita bisa kehilangan data proyek, tidak bisa membuat prioritas kerja saat ada lebih dari satu pekerjaan yang harus ditangani, lupa di mana file hasil terjemahan yang sudah final disimpan, atau bahkan lupa menagih klien.
Manajemen proyek, umumnya dimasukkan ke dalam komponen tarif. Ada yang membebankan biaya ini secara terpisah dan ada juga yang langsung ditambahkan ke biaya penerjemahan, dengan besaran 5-10% dari nilai kontrak atau nilai tarif.
2) Riset
Penerjemah juga melakukan riset, lho. Bahkan melakukan pengujian mandiri agar tahu betul apa filosofi produk atau perusahaan yang produk atau layanannya sedang ia terjemahkan, bagaimana karakter produk atau layanan tersebut, bagaimana cara kerja suatu fitur baru, apakah istilah tertentu juga digunakan pada produk atau layanan lain yang serupa, dll. Riset yang dilakukan bisa berupa:
- mencari referensi mengenai produk, layanan, atau fitur serupa (misalnya panduan manual produk serupa atau versi sebelumnya);
- mencoba versi trial; dan
- bertanya langsung kepada klien mengenai konteks kalimat, gambaran cara kerja alat atau fitur, atau meminta tangkapan layar untuk mengetahui di mana teks yang “membingungkan” itu muncul.
3) Feedback implementation
Proses penerjemahan pasti melewati pula proses QA dan revisi. Tapi kadang, meski sudah di-QA dan direvisi, kadang klien (mereka sendiri ataupun melalui pihak ketiga), akan memberikan umpan balik atau feedback terkait hasil terjemahan kita.
Umpan balik ini bisa beragam bentuknya. Bisa berupa hasil QA oleh klien atau reviewer yang berbeda dengan hasil QA kita—misalnya karena menggunakan tool yang berbeda. Bisa berupa permintaan konfirmasi dari pihak internal klien terkait hasil terjemahan kita. Bisa berupa permintaan untuk memeriksa layout dokumen setelah hasil terjemahan kita diimplementasikan ke dalam format yang mereka kehendaki—misalnya setelah hasil terjemahan dibuat menjadi PDF, apakah ada teks yang terpotong, font yang tidak sesuai dengan dokumen aslinya, dll.
Feedback implementation biasanya “datang” jauh-jauh hari setelah pekerjaan selesai, atau bahkan telah dibayar lunas. Bahkan sepengalaman saya pribadi, kadang klien meminta saya mengerjakannya ketika saya sudah lupa itu dari proyek yang mana dan kapan hehehe.
4) QA ganda
Siapa bilang kalau kita sudah melakukan QA, proofread dua kali, dan juga revisi, klien tidak akan menemukan “kesalahan” pada hasil terjemahan kita?
Meskipun klien sudah sangat percaya dengan kemampuan kita, pada umumnya klien akan tetap melakukan QA secara internal atau melalui reviewer pihak ketiga. Sialnya, dokumen yang sudah kita terjemahkan dengan sempurna seringnya tetap ketahuan terdapat “kesalahan”.
“Kesalahan” yang saya maksud di sini umumnya hanyalah false positive, yang kadang muncul akibat perbedaan QA tool yang digunakan. Misalnya kita menggunakan Xbench untuk melakukan QA, sedangkan klien menggunakan Verifika.
Hasil QA kedua tool ini sebenarnya hampir sama, tapi bagi klien yang tidak tahu cara membaca hasil QA akan menganggap error yang ditemukan adalah masalah serius. Padahal temuan yang sama ini misalnya telah kita tandai sebagai “Ignored” di Xbench. Kita pun akhirnya harus “mengulang” pekerjaan QA dengan meng-ignore temuan Verifika dan memberikan komentar atau alasan mengapa temuan itu harus diabaikan—yang sebelumnya sudah kita cantumkan juga di lembar QA dari Xbench.
Bukan hanya akibat perbedaan QA tool, tapi dengan tool yang sama namun berbeda versi, juga bisa memunculkan false positive. Saya sering mengalami hal ini, di mana saya menggunakan Xbench berbayar versi terbaru, sedangkan klien menggunakan Xbench versi gratis yang fitur-fiturnya tidak lengkap atau terdapat bug.
Tapi, tidak banyak klien seperti ini, kok. Lebih banyak yang sekali terjemah, revisi, QA, beres.
Nah, kira-kira aktivitas “tersembunyi” apa lagi yang biasanya dilakukan oleh penerjemah, ya?