Ulasan Singkat Buku-buku Karya Para Penerjemah
Penerjemah menerjemahkan buku itu sudah biasa. Tapi kalau penerjemah menulis buku?
Buku yang mengupas teori dan praktik (pengalaman) penerjemahan bisa dibilang agak susah dicari di rak-rak toko buku. Entah ada kaitannya atau tidak, mungkin ini salah satu penyebab masyarakat sering “salah kaprah” dalam memandang profesi penerjemah—karena tak ada informasi memadai mengenai dunia penerjemahan. Buku tentang penerjemahan mungkin lebih banyak beredar di kalangan akademisi—singkatnya, di kampus—sebagai buku teks mata kuliah terjemahan. Tapi tahukah Anda, kalau selain buku teks yang menjadi bahan ajar di kampus-kampus, beredar juga buku-buku karya penerjemah yang dapat menambah wawasan Anda tentang dunia dan industri penerjemahan? Read More
5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Menerima Pekerjaan Terjemahan
“Hi Khadis, there is a new task available for you. Please find the details below….”
Saya sering menerima email dari agensi dengan kalimat pembuka seperti itu. Kebanyakan, saya beri jawaban yang sama—saya bersedia dan akan segera menerjemahkannya—karena seringnya, pekerjaan terjemahan yang saya terima adalah pekerjaan dari 1 bidang yang sama dengan proyek-proyek sebelumnya. Tapi tak jarang juga saya “salah tebak”. Saya harus membaca kembali email dengan hati-hati dan menunda membalas email tersebut sampai saya yakin saya mampu mengerjakannya.
Nah, agar tidak “salah langkah”, perhatikan hal-hal berikut sebelum menerima pekerjaan terjemahan (khususnya dari agensi). Read More
Protected: Penerjemahan Game, Apa yang Perlu Diperhatikan?
Mengenal Istilah-istilah Bidang Penerjemahan
Ada banyak sekali istilah di industri penerjemahan yang harus kita pahami, khususnya jika kita bekerja sama dengan agensi penerjemahan asing. Selain kata “deadline” alias batas waktu penyerahan kembali teks terjemahan, ada banyak sekali istilah lain yang harus dimengerti karena biasanya kita akan berkomunikasi dengan agensi menggunakan istilah-istilah tersebut.
Nah, bagi rekan-rekan pembaca yang hendak terjun ke dunia penerjemahan, barangkali perlu mengenal istilah-istilah dalam dunia penerjemahan sekadar sebagai tambahan pengetahuan. Daftar berikut saya susun menurut abjad berdasarkan pengalaman saya berhubungan dengan agensi asing dan barangkali belum semuanya saya tuliskan. Bagi yang berkenan untuk menambahkan istilah atau menjumpai ketidaktepatan definisi yang saya sajikan, silakan tinggalkan masukan di kolom komentar agar daftar di bawah ini bisa saya perbarui lagi isinya. Read More
Berani Menentang Tarif Rendah (Bag. 2)
Pada artikel sebelumnya, sudah kita lihat 2 faktor pertama yang bisa digunakan untuk menentukan besarnya tarif terjemahan. Nah, 2 faktor berikut juga tidak kalah penting untuk dipertimbangkan. Selamat membaca 🙂
Kesulitan pekerjaan yang tidak terduga
Selalu periksa atau minta diperlihatkan dokumen yang hendak dikerjakan, untuk memperkirakan tingkat kesulitannya. Kadang, walaupun sudah biasa mengerjakan teks berlabel “general”, antara apa yang dibayangkan dengan apa yang dihadapi bisa benar-benar berbeda. Jika ternyata dokumen tersebut “sulit” atau akan memakan waktu lebih lama dari tenggat yang diajukan klien, negosiasikan kembali tarif atau tenggatnya. Sama seperti poin di atas, pertimbangkan hal-hal yang berpotensi tidak dibayar. Jangan sampai kita mengerjakan teks yang “lebih sulit” dari biasanya, namun dengan bayaran yang sama. Apalagi jika yang akan dikerjakan merupakan pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang tertentu alias spesialis, maka tidak boleh disamakan dengan tarif terjemahan yang bisa dikerjakan oleh siapa pun.

Teks susah diterjemahkan, kadang datang tiba-tiba. Sumber dan hak cipta gambar: https://goo.gl/mVQN7x
Kesulitan lain yang mungkin dihadapi: kita harus mengonversi sendiri format file yang dikirim klien agar dapat dibuka dan dibaca di CAT tool kita lalu mengonversi kembali ke format file yang diminta atau dapat dibaca klien, mengonversi atau mengetik ulang hasil pindai OCR, dll. Pastikan untuk pekerjaan seperti ini dikenakan tarif tambahan.
Jangan tergiur proyek bervolume besar, kecuali…
Volume besar itu menyenangkan, tapi berisiko. Seringnya, pekerjaan dengan volume besar menuntut kita untuk mau dibayar murah. Biasanya, kalau dapat job dari agensi, agensi akan meminta kita menurunkan tarif atau rate karena ini proyek besar atau proyek jangka panjang. Misalnya tarif kita sebesar 0.05 USD per kata, maka agensi mungkin akan meminta kita menurunkannya menjadi 0.035 USD atau 0.04 USD per kata.
Perlukah kita menurunkan tarif kita?
Berani Menentang Tarif Rendah (Bag. 1)
Tarif rendah, siapa yang mau? Banyak 🙂
Tapi, tarif rendah untuk terjemahan berkualitas, barangkali banyak penerjemah yang enggan menerimanya. Saya, yang masih sangat baru di industri penerjemahan saja, malas menerima tarif yang terlalu rendah, katakanlah di bawah 0.05 USD per kata.

Tarif rendah? Tunggu dulu. Sumber dan hak cipta gambar: https://goo.gl/xfsBdg
Saya percaya bahwa menerjemahkan adalah pekerjaan intelektual sekaligus seni, tidak sepantasnya dibayar dengan harga yang murah. Tapi, berapa besaran yang valid untuk menilai dan mengukur tinggi-rendahnya atau murah-tidaknya harga terjemahan kita?
Ada beberapa hal yang saya dapat dari mentor saya dan berbagai sumber daring lainnya mengenai cara menentukan besaran tarif terjemahan dalam konteks sebagai penerjemah lepas dan mengapa kita harus berani menolak tarif rendah, yaitu:
Pendapatan per bulan yang diinginkan
Besaran tarif bisa dihitung berdasarkan pemasukan yang diiinginkan tiap bulan, misal 10 juta per bulan. Untuk menghasilkan 10 juta per bulan, berapa proyek yang harus atau sanggup dikerjakan dalam sebulan? Atau lebih spesifik, berapa ribu kata yang bisa ditangani per hari agar menghasilkan 10 juta per bulan dengan 5 hari kerja dalam seminggu dan 8 jam kerja per hari?
Jika dalam satu hari kerja kita mampu menerjemahkan 2.500 kata, artinya dalam 5 hari kerja kita bisa menerjemahkan hingga 12.500 kata. Katakanlah dalam satu bulan kita memiliki hari efektif kerja sebanyak 20 hari. Artinya, dalam 20 hari idealnya kita mampu menerjemahkan sebanyak 50.000 kata. Lalu, untuk mendapat 10 juta per bulan, tinggal dibagi saja, yaitu 10 juta dibagi 50.000 kata. Hasil akhirnya adalah 200 rupiah per kata.
Hmm, kecil sekali ya? Ya, ini hanya contoh perhitungan secara kasar. Coba kurangi jumlah kata yang mampu kita terjemahkan dalam sebulan, karena tidak mungkin, kan, selama 20 hari penuh kita mengerjakan sebegitu banyaknya? Ya, sebenarnya sih mungkin saja. Misalnya ini proyek besar dengan banyak fuzzy atau context match-nya.
Juga harus diperhitungkan, bahwa sebagai penerjemah lepas, ada kalanya sepi job. Katakanlah dengan target 50.000 kata untuk 10 juta per bulan, maka perlu usaha yang ekstra keras. Oleh karenanya, harus dipikirkan besaran tarif yang tepat untuk jumlah pekerjaan yang lebih sedikit (kurangi target jumlah kata, naikkan tarif). Misalnya naikkan menjadi 500 rupiah per kata. Maka beban target kerja kita sebulan jadi berkurang menjadi 20.000 kata saja. Saya ulangi, ini hanya gambaran hitung-hitungan kasar.
Silakan baca: acuan tarif terjemahan Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI)
Penghasilan Kategori “Sukses”
Berapa jumlah penghasilan penerjemah yang dianggap sebagai “sukses”? 5 – 10 juta per bulan? 10 – 15 juta per bulan? 15 – 20 juta per bulan? Atau di atas 25 – 30 juta per bulan?
Pertanyaan tersebut di atas konon dilontarkan oleh Pak Eddie Notowidigdo pada kursus penerjemahan yang diselenggarakan HPI di tahun 2009 lalu, dan “diceritakan” kembali oleh Mba Dina Begum di sini.
Sebenarnya, saya tidak tertarik membahas nominal “penanda” kesuksesannya, karena sifatnya sangat relatif. Tapi saya tertarik sekali untuk membahas bagaimana atau proses agar saya bisa sampai ke sana (ke 25 atau 30 juta rupiah per bulan). Mungkinkah seorang penerjemah sampai ke sana, dan bagaimana caranya?

Menuju penerjemah yang sukses secara finansial. Sumber dan hak cipta gambar: jtanki / 123RF Stock Photo
Menurut Pak Eddie (dalam artikel yang diceritakan oleh Mba Dina tadi), sangat mungkin seorang penerjemah sampai ke angka fantastis tersebut di atas. Syaratnya: pengetahuan dan keterampilan, profesionalisme, sarana dan prasarana, networking, serta upaya pemasaran dan promosi.
Saya setuju dengan pendapat Pak Eddie tersebut. Secara pribadi, saya sudah dan masih menjalani hampir semua hal di atas meski saat ini saya belum memanen hasil maksimalnya. Saya dituntut menguasai teks A dan B, saya dituntut untuk mampu mengoperasikan CAT tool C dan D, saya dituntut untuk bekerja secara professional, saya diminta untuk memiliki sarana penunjang, dan seterusnya. Beberapa hal mungkin bisa saya uraikan sebagai berikut:
Protected: Mindset yang Keliru Saat Mengawali Karir Sebagai Penerjemah Lepas
Oleh-oleh Workshop Penerjemahan Di UMP (Bag. 3 – Selesai)
Workshop penerjemahan dan interpreting yang diadakan oleh Pusat Bahasa UMP sejatinya dilakukan selama dua hari, yaitu tanggal 23-24 Juli 2016. Hari pertama dikhususkan untuk workshop penerjemahan, dan hari kedua dikhususkan untuk interpreting.
Sebenarnya, di penghujung sesi hari pertama workhsop Pak Dewa sempat memberi sedikit gambaran materi untuk hari kedua atau materi interpreting. Beliau sempat memberikan semacam introduction mengenai dunia interpreting dan bahkan dengan bantuan mahasiswa UMP beliau sempat mendemonstrasikan proses atau simulasi interpreting.
Sayangnya, hari kedua saya tidak bisa ikut. Tapi untungnya, saya bisa menghubungi beliau lewat e-mail untuk mengorek sedikit tentang dunia interpreting. Read More